Sewaktu aku membaca tabloid aku terinspirasi oleh artikel-artikelnya. Mereka mengupas tips cara menegur yang efektif. Ternyata menegur seseorang harus memerlukan cara supaya orang yang ditegur tidak tersinggung.
Ada anggapan semacam paradigma lama yang telam membumi yang beranggapan bahwa marah, menkritik atau menegur merupakan hal yang tidak etis. Sebanarnya paradigma tersebut kurang tepat. Menegur merupakan perbuatan positif dan manusiawi.
Pada dasarnya teguran dikeluarkan sebagai upaya memberikan peringatan karena telah terjadi perilaku penyimpangan atau pelanggaran, yang diharapkan tidak terulang kembali atau mencegah merebaknya hal-hal destruksi.
Namun demikian, menegur bukanlah hal yang mudah dilakukan. Kurang tepatnya suatu teguran akan membuat respon yang jauh dari harapan. Biasanya ditemukan dalam hubungan horisontal (sejajar). Kemudian bagaimana agar suatu teguran itu efektif? Anda dapat menyimak sejumlah kiat berikut ini :
OBJEKTIF
Artinya teguran tidak mengandung tendensi tertentu. Teguran berlangsung karena dilandasi argumen yang kuat. Teguran yang dilandasi oleh motivasi tertentu apakah karena rasa dendam, like or dislike (subyektif) justru akan memunculkan rekasi pihak yang ditegur. Ia akan bertanya-tanya mengapa saya ditegur, apa salah saya dan sebagainya. Dan umumnya teguran subyektif hanyalah sebagai bentuk ungkapan kekesalan untuk mencari-cari suatu kesalahan. Sebagai contoh biasanya dilakukan oleh pimpinan atau atasan yang paranoid atau ibu tiri dalam suatu rumah tangga.
RASIONAL
Teguran juga harus bersifat rasional bukan emosional. Teguran yang rasional lebih mengedepankan pikiran yang jernih, kesabaran dan kebijaksanaan, jauh dari kekerasan fisik (main tangan, senjata, dll).
HALUS DAN TEGAS
Suatu teguran akan lebih mudah diterima secara psikologis jika dikemukakan dengan santun namun mengandung ketegasan.
DISERTAI ALASAN
Tatkala menegur perlu pula diutarakan tentang latar belakang dan tujuan yang diharapkan dari teguran tersebut. Dengan demikian pihak yang ditegur akan mengetahui duduk perkaranya secara jelas, sehingga dengan lapang dada bisa menerimanya.
DILAKUKAN 4 MATA
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari munculnya perasaan dipermalukan di depan umum. Dengan pertemuan 4 mata, pihak yang ditegur akan merasa lebih di manusiakan atau dihargai. Bahkan bentuk seperti ini akan terasa lebih familier atau akrab.
TIDAK MENYUDUT
Teguran juga perlu dijaga agar pihak yang ditegur tidak merasa kalah atau jatuh mentalnya. Sebab teguran yang terlalu keras jika tidak hati-hati justru akan membentuk sikap apatis atau masa bodoh. Kalau sudah demikian motivasinya harus dengan titik terendah lagi.
KOMUNIKASI TIMBAL BALIK
Berikanlah kesempatan bicara atau berpendapat pada pihak yang ditegur. Sehingga di sini akan terbina keterbukaan antara ke-2 belah pihak. Selain itu melalui komunikasi 2 arah ini dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab dan pada akhirnya bisa dicari titik temu atau suatu solusi.
KARAKTERISTIK OBYEK
Teguran harus disesuaikan dengan yang dituju. Apakah sasaran teguran memiliki kedudukan yang sederajat atau justru lebih rendah. Teguran terhadap anak tentu akan berbeda terhadap bawahan, rekan kerja, pacar, dan sebagainya.
MELALUI OTORITAS LEBIH TINGGI
Jika semua bentuk teguran telah dilakukan sebagaimana tertera pada uraian terdahulu namun belum juga diperoleh hasil yang memuaskan. Ada kalanya untuk kasus tertentu diperlukan penanganan yang berbeda. Terkadang teguran harus disampaikan dengan otoritas (pengaruh) yang lebih tinggi. Sebagai contohnya dalam lingkungan kerja, teguran yang dikemukakan oleh karyawan pada karyawan yang lain bisa jadi kurang efektif. Tetapi akan berbeda hasilnya jika diutarakan langsung oleh atasan. Sedangkan dalam keluarga, biasanya seorang adik akan tunduk pada kakaknya, anak tunduk kepada orang tua atau malah tunduk pada kakek-kakeknya dan sebagainya.
Jadi, setelah membaca artikel ini. Sebaiknya dalam meberi teguran harus melakukan seperti yang tertulis diatas. Terima kasih
Sumber (MISTERI).