Benai, Kuantan Singingi, Riau

Benai adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, Indonesia. Luas wilayahnya adalah 249,36 km² atau sekitar 3,26% dari keseluruhan luas Kabupaten Kuantan Singingi.

Pembagian administratif

· Kelurahan: Beringin Jaya dan Benai

· Desa: Teratak Air Hitam,Parit Teratak Air Hitam, Seberang Teratak Air Hitam, Jalur Patah Teratak Air Hitam, Koto Benai, Tolontam, Banjar Benai, Gumung Kesiangan, Banjar Lopak, Pulau Kalimanting, Tanjung, Pulau Ingu, Simandolak, Jalur Patah, Tebing Tinggi, Pulau Lancang, Pulau Tongah, Ujung Tanjung, Siberakun, Benai Kecil, Seberang Teratak Air Hitam, Geringging Baru, Marsawa, Langsat Hulu, Muara Langsat.

Sumber : Wikipedia

Sabtu, 18 April 2009

WASPADAI CIKUNGUYA DI KECAMATAN BENAI


Memasuki musim penghujan tahun 2009 ini masyarakat kec. Benai telah dihebohkan dengan mewabahnya penyakit cikunguya. awalnya penyakit ini mulai menyerang daerah trans (Marsawah dan sekitarnya-red) yang merupakan daerah dengan perkebunan sawit dan karet yang cukup luas. namun, berita terakhir penyakit dengan tanda-tanda seperti ini mulai merambah kedaerah Beringin Jaya dan sekitarnya. walaupun belum ada kepastian medis untuk pasien-pasien ini, namun umumnya memiliki gejala yang hampir sama dengan penderita cikunguya.
Untuk mengantisipasi penyakit ini, berikut beberapa informasi tentang cikunguya :
Chikunguya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditukarkan oleh nyamuk Aedes Albopictus. Virus ini digolongkan pada keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Pada umumnya, virus ini menyerang kawasan tropis Asia dan Afrika. Sejak mulai teridentifikasi pada tahun 1952, epidemi ini terus berkembang hingga akhirnya menyebar di wilayah Indonesia.
Demam chikunguya pertama kali terjadi di Samarinda tahun 1973. Kemudian berjangkit lagi pada tahun1980, kali ini menyerang wilayah Jambi. Tahun 1983, chikunguya terjadi di Martapura, Ternate, dan Yogyakarta. Demam ini kemudian vakum selama lebih kurang 20 tahun hingga merebak besar-besaran pada tahun 2001 di Muara Enim, Sumatera Selatan. Setelah itu, demam ini seakan sudah populer di kawasan nusantara.
Kata chikunguya berasal dari Swahili yang berarti "yang berubah bentuk atau bungkuk". Nama ini mengacu kepada postur tubuh penderita demam chikunguya, yang membungkuk,akibat nyeri sendi. Gejala demam chikunguya tidak jauh berbeda dengan gejala Demam Berdarah Dangue (DBD). Kedua Penyakit ini, chikunguya dan DBD, sama-sama disebabkan oleh virus yang dibawa lewat gigitan nyamuk aedes. Bedanya, DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes Agepty dan Chikunguya oleh nyamuk Aedes Albopictus.
gejala klinis dari cikunguya seperti berikut :
Pertama sekali terjadi demam tinggi disertai menggigil yang mirip gejala influensa. Lalu disertai dengan mual-muntah, sakit kepala dan sakit perut. Dalam 4 hari rasa nyeri dan ngilu mulai terasa di tulang kaki. Setelah itu di sekujur tubuh penderita timbul bercak-bercak merah. Pada tahap berikutnya, penderita akan mengalami kelumpuhan pada tangan dan kaki. Namun, kelumpuhan ini tidak berlangsung lama. Penderita akan segera sembuh dalam beberapa hari saja. Meskipun mirip dengan demam berdarah dengue, demam chikunguya tidak mengakibatkan pendarahan hebat, renjatan (shock), ataupun kematian.
Masa inkubasi chikunguya adalah 2 sampai 4 hari. Manifestasi penyakit berlangsung 3 sampai 10 hari. Virus ini termasuk self limiting disease yang artinya hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri dan sakit masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan.
Dalam prakteknya, tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikunguya. Penyakit ini hanya bisa dicegah. Diantaranya yaitu penghentian perkembangbiakan nyamuk dengan menggalakkan 3M (menutup saluran air, menguras penampungan air dan mengubur barang bekas) atau dengan menaburkan bubuk abate pada penampungan air, mirip dengan pencegahan terhadap demam berdarah dengue (DBD).
Pemberantasan terhadap nyamuk ini harus dilaksanakan secara ruitn dan berkala, karena berdasarkan penelitian dalam 10 hari sekali ratusan jentik berubah menjadi nyamuk. Jentik-jentik itu apabila dibiarkan akan berkembang pesat hingga membahayakan kehidupan manusia. (diambil dari artikel www.benaigeneration.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar